Wednesday, January 11, 2012

Kembali ke sekolah

Saya suka sekolah.
Suka suasananya, suka bertemu teman-teman baru, suka belajar hal baru, suka ketika saya tahu bahwa apa yang saya korbankan, entah itu waktu, tenaga, uang, perhatian dan pikiran ada hasilnya.
Sebenarnya keinginan untuk kembali ke sekolah sudah ada sejak sekitar 2 tahun yang lalu, setelah saya memutuskan untuk resign dari kantor pertama saya (PwC).

Alasan utama saya resign dari PwC adalah untuk kembali ke sekolah, karena saya sadar dengan workload dengan bekerja sebagai auditor tidak akan memungkinkan untuk kembali bersekolah..
Yah, alasan saya resign, bukan karena saya tidak betah dengan PwC.

Sudah 2 tahun yang lalu sejak saya resign dan memutuskan untuk pindah bekerja.
Tapi seperti Tuhan berkata lain, semangat untuk bersekolah lagi itu seolah redup setelah saya pindah bekerja. Padahal secara waktu lebih memungkinkan untuk itu. Atasan saya saat itu juga tahu bahwa saya resign dan memutukan untuk pindah adalah karena saya ingin sekolah dan saat interview, beliau juga mendukung saya bersekolah lagi.


Setelah pindah dan selama 2 tahun belakangan ini, saya seperti malas..malas..dan malas..
Rasanya tidak rela kalau weekend kalau kuliah atau after office hour saya harus berjibaku dengan tugas-tugas kampus yang kadang dikasih dosen tanpa belas kasihan.
Saya tidak rela...

Alasan lainnya adalah...jreng..jreng...uang.
Saya punya beberapa wish list yang ingin saya miliki dan saya berharap bisa memenuhinya dengan jerih payah saya sendiri.
Saat itu dilema juga sih antara ingin membeli salah satu barang yang ada di wish list saya itu atau memenuhi mimpi saya untuk sekolah.

Setelah akhirnya saya memutuskan untuk akhirnya mengesampingkan sekolah dan memutuskan untuk memenuhi hasrat saya membeli barang yang ada di wish list saya. Yeah..finally i got it!


Heran. Melihat teman-teman yang resign dan memutuskan untuk bersekolah, sama sekali tidak berhasil membangunkan hasrat saya untuk bersekolah lagi.
Dalam hati saya, saya tahu saya akan sekolah lagi. Tapi entah kapan. Kali ini hati saya tak tahu jawabannya. Hanya Tuhan, yah hanya Tuhan yang tahu.


Hingga pada suatu hari, ada salah satu teman saya di kantor yang meminta waktu saya sebentar untuk mengajarinya sesuatu. Sebenarnya saat itu saya lumayan sedang ada kerjaan, dan memintanya agak sorean baru ke tempat saya. Tetapi yang mengejutkan saya dan mulai mengusik saya, dia mengatakan kalau sore itu dia harus pulang cepat karena harus mengejar kuliah. Tidak tanggung-tanggung, ternyata dia ambil kuliah S2 di UI Depok. Dia harus pulang dari kantor jam 4 sore untuk mengejar kuliah jam setengah 7 malam.



Saya pikir..benar-benar butuh komitmen tinggi, karena tidak hanya butuh komitmen untuk kuliahnya saja, tapi jarak kampusnya yang jauh dari kantor maupun rumahnya. Saat itu, rasanya seperti ditampar bolak balik, dilecut pakai cambuk. Harga diriku terusik. Lebih tepatnya saya merasa malu. Disaat saya masih menikmati kemalasan saya, dia sudah hampir selesai sekolah dan dia sekolah sambil bekerja. Dan entah datang dari mana, tiba-tiba timbul tekat dan keinginan yang besar di diri saya untuk membulatkan hati dan akhirnya saya memutuskan untuk bersekolah lagi.



Saya merasa seperti...This is it! Tuhan dan segenap alam semesta seolah membantu saya. Pencarian kampus dan jurusan menjadi sangat mudah. Melihat tuition fee nya juga masih terlihat reasonable. Yah saya pikir, saya pasti dicukupkan Tuhan untuk membayarnya. Tuhan tidak mungkin bekerja setengah-setengah kan? Kalau Tuhan sudah bawa saya sampai diterima di kampusnya, masakan Dia berhenti sampai disitu dan tidak membantu saya sampai lulus. Ya kan? *sambil berusaha meyakinkan diri sendiri*.



Teman, tadinya saya mau daftar di Gelombang 1. Dengan modal sok yakin aja gitu. Tapi akhirnya tidak jadi di gelombang pertama, karena ternyata rasa malas dan tidak rela itu masih ada. Diundur lagi deh. Saya pikir, toh masih ada gelombang-gelombang berikutnya, gelombang 2 dan 3.



Melihat dokumen yang harus dilengkapi tadinya juga sempat bikin malas. Saya harus mempersiapkan:



- 3 lembar fotocopy ijazah dan transkrip yang sudah dilegalisir



- 2 lembar surat rekomendasi, boleh dari atasan maupun dosen



- 1 copy CV



- mengisi formulir pendaftaran yang bisa diunduh online dari websitenya



Syarat kesatu dan kedua sih yang sebenarnya membuat malas. Saya pikir saya tidak lagi punya fotocopy ijazah dan transkrip nilai yang sudah dilegalisir, tapi ternyata saya masih ada 4 copy. Syarat kesatu..CHECKED!



Terus bingung mau minta surat rekomendasi kesiapa. Kalau 1 sih gampang, saya bisa minta my direct boss. Akhirnya sambil bercerita mengenai keinginan saya untuk sekolah lagi yang ternyata didukung juga oleh beliau, saya sekalian minta surat rekomendasi. Nah satu lagi, minta ke siapa donk? bingung. Tiba-tiba bos saya menawarkan untuk membantu saya memintakan surat rekomendasi ke bosnya. Wow! Singkat cerita syarat kedua terpenuhi juga.



Iseng-iseng, hari sabtu mampir ke kampusnya. Emang dasarnya gak niat kesana, saya baru sampai ke kampus jam setengah 6 sore, sambil bawa dokumen-dokumen untuk mendaftar. Namanya juga iseng-iseng berhadiah, kalau sekretariat masih buka, saya daftar, kalau tutup yah sudah deh next time aja. Saya juga tidak terlalu berharap banyak, mengingat itu hari Sabtu dan sudah jam stgh 6 sore..masih ada orang aja sudah bagus. Loh, ternyata masih buka. Akhirnya dokumen pendaftaran saya kasih. Belum lengkap karena sebenarnya harus kasih hasil test GMAT dan TOEFL. Tetapi karena saya tidak pernah mengambil test GMAT dan TOEFL, akhirnya saya mendaftar test yang disiapkan oleh kampusnya. Pendaftaran selesai.



Test gelombang kedua masih sekitar 1,5 bulan lagi, masih ada waktu lah yah kalau mau belajar TOEFL dan GMAT (ini sih lebih ke modal nekat aja, mana ada coba orang yang persiapan TOEFL dan GMAT 1.5 bulan). Lagi-lagi saya pasrah aja..kalau gelombang 2 ini ternyata saya gagal, kan masih ada gelombang ketiga, coba lagi aja testnya. Ya, justru karena pikiran saya ini, dalam waktu 1.5 bulan itu pun saya tidak benar-benar belajar. Masih ada waktu main, nonton, dan bermalas-malasan.



Hari test pun tiba, kalau saya tidak salah itu hari Sabtu, 5 November 2011. Test TOEFL duluan dimulai jam 9 - 12. Rame juga ternyata yang ikutan test. Jam 1 masuk lagi untuk test GMAT. Lagi-lagi, saya pasrah apalagi sempat ngobrol dengan seorang bapak yang konon kabarnya saat itu sudah test yang kedua kalinya, karena setelah percobaan pertama gagal. Wah, pertanda buruk ini sodara-sodara, sepertinya susah ini test-nya, sampe bapak itu aja harus ngulang. Singkat cerita, selesai test kepala seperti ngebul deh, cenat-cenut, pusing diperas seharian. Pulang dan pasrah aja deh. Kalau tidak keterima, artinya saya belum boleh sekolah sekarang-sekarang ini.



Kabarnya pengumuman akan keluar setelah 4-5 hari kerja. Hitung-hitung sekitar tanggal 10 November 2011 keluar pengumuman. Ternyata pengumuman keluar hari Jumat, 11 Nov 2011, kebetulan hari itu saya cuti demi menghadiri pernikahan teman saya Mekar + Bram. Selesai akad dan lagi menunggu resepsinya, tiba-tiba ada email masuk dari kampus itu tentang pengumuman hasil test GMAT dan TOEFL. Maakk..saya lupa nomor registrasi saya, jadi ini lulus apa gak?



Buru-buru telpon kerumah, minta tolong mama liatin nomor registrasi, ternyata saya lulus seleksi tahap pertama..Iya tahap pertama, karena masih ada sesi interview sama dosen. Setelah janjian tanggal interview dan di tanggal yang ditentukan itu saya datang, saya dikasih kasus untuk dipikirkan dan didiskusikan dengan dosen penguji. Singkatnya aja yah teman, saya lulus juga untuk hasil interviewnya.



Saya pikir setelah lulus hasil interview, saya sudah pasti diterima. Tapi ternyata tidak juga, karena kata orang sekretariat, pendaftaran semester ini banyak yang ikut dan kebetulan hasil test nya juga bagus-bagus, jadi nanti akan disaring lagi untuk ditentukan apakah bisa masuk untuk Intake January 2012 atau intake Agustus 2012. Untuk 40 orang dengan hasil test tertinggi bisa masuk January 2012, sedangkan selebihnya masuk di Agustus 2012.



Ya ampun, banyak amat yah saringannya. Maunya sih di January, lebih cepat bisa lebih cepat lulus kan? Amin..tapi kalau keterimanya di Agustus ya gak apa-apa juga sih, cuma kan sayang aja gitu buang waktu 6 bulan lagi. Lagi-lagi saya pasrah.



Hari yang ditunggu-tunggu, tiba-tiba mendapatkan email yang mengabarkan bahwa saya diterima untuk intake January 2012.



Yeaaayyy!!! saya kembali ke sekolah. Terima kasih ya Tuhan untuk kesempatan dan kemudahan yang diberikan, tentunya saya masih terus membutuhkan bantuan Tuhan untuk kedepannya lagi. Tuhan membawa saya sampai sejauh ini tidak untuk ditinggal di tengah jalan kan? heheh...



Semoga saya bisa selesai sekolah tepat waktu dengan nilai yang sangat baik. Amin.



Yeayy!!! Saya kembali ke sekolah!!











HTS (Haram Tanpa Status)

Istilah "Hubungan Tanpa Status" pastinya sering didengar atau bahkan disebutkan disekitar kita.
Mulai dari teman yang menceritakan pengalaman temannya, teman yang menceritakan pengalamannya sendiri atau mungkin ada yang mengalaminya sendiri.

Untuk sebagian orang, status hanyalah sebatas kata "Ya" atau "Tidak".
Mungkin untuk sebagian yang lainnya status itu malah tidak penting sama sekali.
Sebagian yang lainnya merasa status adalah kekangan, maka ada beberapa orang yang sangat nyaman dan menikmati sekali hubungan tanpa status ini, karena tidak ada beban dan ikatan untuknya.

Menurut saya..tanpa status artinya tanpa komitmen.

Dari beberapa cerita yang saya dengar, biasanya yang menjadi korban hubungan tanpa status ini adalah kaum wanita. Tentu saja hal ini tidak bisa digeneralisir karena ada beberapa cerita dimana si wanita sendiri yang takut dengan komitmen.

Membaca timeline, kadang suka merasa kasihan kalau ada seorang cewek yang curhat di twitter karena kangen dengan seorang cowok, tapi tidak bisa mengungkapkannya. Ya, karena ya itu tadi..statusnya tidak jelas. Pacar bukan, tapi kalau dibilang teman kog sepertinya rasanya sudah lebih dari teman. Tuuh...jadi galau kan?
Kadang saya berpikir, apa cowoknya itu tidak merasakan hal yang sama dengan si cewek? Cinta bertepuk sebelah tangan begitu? atau sebenarnya mereka sudah merasakan hal yang sama, tapi ya itu...cowoknya tidak mau ada status, sudah nyaman dengan kondisi yang ada. Toh tanpa status aja rasanya sudah dapat perhatian seperti pacar kog, ngapain repot-repot bikin status?

Kalau rasanya tidak enak menjalani hubungan tanpa status, ya jangan mau diajak HTS-an. Harus berani berkata tidak, harus berani menolak.
Mengapa?
Karena kamu itu berharga. Kamu berhak untuk dapat yang terbaik.

Meskipun tentu saja itu kembali lagi ke masing-masing orangnya.


Dulu...


Disini..hanya ada aku.

Disana..kamu dengan duniamu.


Tidak melihatmu, tidak mendengar namamu, mengenalmu ataupun membayangkanmu..

Ada masanya dulu..

Berkenalan denganmu

Hari-hari bersamamu
Canda tawa, tangis duka, berbagi suka...bersama..

Itu dulu...



Mungkinkah memutar waktu kembali ke masa itu..dulu??

Dulu selalu ada waktu bersama..

Dulu mencarimu, menunggumu, berbincang denganmu..


Itu dulu..


Sungguh ku berharap menjalani waktu seperti masa itu..Dulu..